top of page

Perlindungan Kulit Selama Beraktivitas di Luar Ruangan


Perlindungan Kulit Selama Beraktivitas di Luar Ruangan Sumber: Medicinus Vol. 36 ISSUE 2, AUGUST 2023 apt. Natalia Ni Putu Paramita, S.Farm.

Abstrak Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh manusia yang memiliki banyak fungsi penting, di antaranya melindungi tubuh terhadap lingkungan luar, menjaga temperatur tubuh, dan sebagai lokasi sintesis beberapa jenis hormon. Sebagai organ terluar, kulit juga rentan terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh paparan berbagai substansi eksogen, salah satunya paparan sinar ultraviolet (UV). Radiasi sinar UV dalam intensitas dan durasi tertentu berpotensi menimbulkan dampak buruk pada kulit, baik yang bersifat akut maupun kronis. Tabir surya (sunscreen/sunblock) merupakan sediaan yang diaplikasikan pada permukaan kulit untuk melindungi kulit dari efek merugikan radiasi sinar UV. Terdapat banyak pilihan senyawa yang dapat diformulasikan menjadi sediaan tabir surya, namun untuk mendapatkan perlindungan optimal, diperlukan tabir surya dengan spektrum luas dan nilai SPF yang sesuai dengan indeks UV di suatu tempat, serta formulasi yang baik sehingga terbentuk sediaan topikal yang dapat memberikan proteksi yang diperlukan. Kata kunci: kulit, tabir surya, ultraviolet, indeks UV

Abstract Skin covers almost entire body’s external surface and responsible for many essential functions, including protection from outer environment, keeping body temperature, and as the unique site of hormone synthesis. As the outer layer of the body, skin is also a subject of damage induced by exogenous substance exposure, one of them is exposure of ultraviolet (UV) light. Radiation of UV light in certain intensity and duration could potentially harm the skin, either in acute or chronic exposure. Sunscreen/sunblock is a formulation of skin care that should be applied on skin to provide protection from UV-induced skin damage. There are many active ingredients that could be an option to formulate sunscreen, but in order to obtain optimal protection, a wide spectrum sunscreen with SPF value that is suitable to the UV index at certain area is therefore necessary, as well as good sunscreen formulation for topical preparation that could provide the desired protection. Keywords: skin, sunscreen, ultraviolet, UV index

Kulit merupakan salah satu organ tubuh paling luar yang memiliki peran penting untuk melindungi tubuh dari lingkungan sekitar dan juga memiliki nilai estetika. Oleh karena itu kesehatan dan keindahan kulit perlu dijaga. Kulit yang sehat dapat dinilai dari warna, kelembapan, kelenturan, dan tekstur kulit. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, terdapat berbagai jenis produk kosmetik yang dapat digunakan untuk menjaga kesehatan dan keindahan kulit sehari-hari. Bagi seseorang yang sering beraktivitas di luar ruangan perlindungan kulit dari paparan sinar matahari berlebih sangat diperlukan. Hal ini untuk menjaga agar kulit terhindar dari dampak buruk paparan radiasi sinar ultraviolet (UV) matahari.1,2

PAPARAN SINAR ULTRAVIOLET (UV) MATAHARI Paparan sinar matahari dalam waktu dan intensitas yang cukup memberikan banyak manfaat kesehatan bagi tubuh. Sebaliknya, paparan sinar matahari yang berlebihan dan/atau dalam jangka waktu yang lama dapat membawa dampak buruk pada kulit karena matahari juga memancarkan sinar ultraviolet (UV).3 Sinar UV dapat dibedakan berdasarkan panjang gelombangnya, dan masing-masing jenis sinar UV ini akan menimbulkan efek yang berbeda pada kulit.4

Gambar 1. Frekuensi radiasi sinar UV dan efeknya terhadap kulit (Adaptasi dari Sander M, et al. 2020)


Dapat dilihat pada gambar di atas, berdasarkan panjang gelombangnya, sinar UV terbagi menjadi UVA1 (300-400 nm), UVA2 (315-340 nm), UVB (280-315 nm), dan UVC (100-280 nm). Dari ketiga sinar UV tersebut, lebih dari 95% sinar UV yang mencapai permukaan bumi adalah sinar UVA dan sekitar 5% dari sinar UV adalah sinar UVB. Sinar UVC tidak mencapai permukaan bumi karena diserap oleh lapisan ozon pada atmosfer bumi. Secara umum, semakin kecil panjang gelombang sinar UV, maka semakin besar potensi radiasinya untuk menimbulkan efek negatif bagi kesehatan tubuh, terutama bagi kulit, karena semakin kuat kemampuannya untuk menembus lapisan kulit ke lapisan lebih dalam.5,6

Sinar UVA dipancarkan dengan intensitas yang hampir sama sepanjang hari dan memiliki kemampuan untuk menembus lapisan ozon, awan, dan kaca jendela. Selain itu, sinar UVA juga dapat menembus hingga lapisan kulit yang dalam yaitu lapisan dermis dan menghasilkan reactive oxygen species (ROS) yang secara tidak langsung merusak DNA pada kulit sehingga menyebabkan terjadinya photoaging (penuaan kulit) dan karsinogenesis.4,5 Sementara itu, sinar UVB dipancarkan dengan intensitas yang bervariasi sepanjang hari yang mencapai puncaknya pada pagi menjelang siang hari (sekitar pukul 10.00–14.00). Sinar UVB diserap sebagian oleh lapisan ozon dan awan, dan tidak menembus kaca jendela. Berbeda dengan sinar UVA, sebagian besar sinar UVB diserap atau dihamburkan oleh lapisan stratum corneum dan sebagian kecil lainnya akan mencapai epidermis dan bagian superfisial dermis. Oleh karena itu, secara umum sinar UVB dapat menyebabkan tanning dan sunburn.1,5,7

Tingkat radiasi sinar UV di suatu daerah pada waktu tertentu setiap harinya dapat diketahui melalui ultraviolet index (UVI). World Health Organization (WHO) mendefinisikan UVI sebagai perhitungan kekuatan radiasi ultraviolet (UV) yang menembus lapisan ozon di tempat dan waktu tertentu.6 UVI berkisar dari 0 hingga 11+, di mana semakin tinggi UVI, semakin besar potensi sinar UV tersebut untuk merusak organ kulit dan mata, serta semakin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk menimbulkan efek merugikan. Oleh karena itu, pengetahuan akan UVI bermanfaat untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap risiko paparan sinar UV yang berlebihan dan tindakan perlindungan yang harus dilakukan.6,8 Daerah tropis seperti Indonesia, mempunyai UVI yang tinggi, bahkan bisa mencapai UVI 10-11+ pada siang hari. Untuk itu, diperlukan perlindungan terhadap kulit terutama apabila akan beraktivitas (di luar ruangan khususnya) pada siang hari agar terhindar dari efek buruk paparan sinar matahari pada waktu tersebut.6

Gambar 2. Klasifikasi UVI berdasarkan WHO terkait dampaknya terhadap kulit (Adaptasi dari Jacoeb TBA, et al. 2020)


EFEK PAPARAN RADIASI SINAR UV TERHADAP TUBUH Radiasi sinar UV matahari merupakan faktor risiko terjadinya kanker kulit dan banyak gangguan kulit lainnya. Namun demikian, sinar UV juga memberikan manfaat kesehatan bagi manusia melalui peranannya dalam sintesis vitamin D dan endorfin secara alami di kulit.9 Meskipun sinar UV memberikan efek yang bervariasi bagi kesehatan manusia, paparan radiasi sinar UV yang berlebihan dan dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan berbagai efek negatif, baik akut maupun kronis pada kulit.1,6,10

Berikut adalah efek sinar UV terhadap kulit:1,6,10

1. Efek akut (cepat) Peradangan pada kulit yang ditandai dengan kemerahan (eritema), terjadi dalam 6-24 jam setelah paparan sinar matahari. a. Sunburn: Peradangan pada kulit yang ditandai dengan kemerahan (eritema), terjadi dalam 6-24 jam setelah paparan sinar matahari. b. Tanning: Perubahan warna kulit menjadi lebih gelap. c. Kerusakan mata berupa fotokeratitis, ditandai dengan mata merah, nyeri kepala, mata berair, dan pandangan kabur. Terjadi sekitar 6 jam setelah terpapar sinar matahari. d. Fotosensitivitas: Reaksi abnormal akibat paparan sinar matahari yang membuat kulit menjadi merah, gatal, bengkak dan timbul ruam.


Gambar 3. Sunburn (Adaptasi dari Minerva P. 2019)

Gambar 4. Tanning (Adaptasi dari Minerva P. 2019)

2. Efek kronis (lama) a. Photoaging (gejala penuaan dini ditandai dengan kulit kering dan kasar, pigmentasi tidak rata, timbul kerutan dan tumor-tumor jinak pada kulit). b. Keganasan pada kulit (risiko terkena kanker kulit). c. Penyakit okular berupa katarak, pterygium, serta karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa pada kelopak mata. d. Imunosupresi (turunnya kekebalan tubuh)

Kulit pada dasarnya memiliki dua mekanisme pertahanan utama sebagai perlindungan terhadap efek merugikan dari paparan radiasi sinar UV matahari, yaitu stimulasi pembentukan melanin dan penebalan epidermis (hiperkeratosis). Kerusakan dan/atau perbaikan DNA akibat paparan radiasi sinar UV akan menghasilkan sinyal awal untuk menginduksi proses melanogenesis. Melanin yang dihasilkan oleh sel melanosit akan didistribusikan ke sel keratinosit yang ada di sekitarnya dan terakumulasi di dalam sel keratinosit dan melanosit tersebut membentuk ‘topi’ untuk melindungi DNA dari sinar UV. Melanin akan bertindak sebagai barrier fisik yang menghamburkan sinar UV dan sebagai absorben untuk mengurangi sinar UV yang masuk ke epidermis. Selain itu, paparan radiasi sinar UV juga akan mengakibatkan penebalan epidermis yang disebut sebagai hiperkeratosis, di mana terjadi proliferasi sel keratinosit yang cepat. Hiperkeratosis ini akan melindungi kulit dengan lebih baik terhadap masuknya sinar UV ke dalam lapisan kulit.9,10

Salah satu faktor yang memengaruhi kerentanan seseorang terhadap efek paparan radiasi sinar UV adalah jumlah melanin yang dimiliki. Orang berkulit gelap umumnya memiliki jumlah melanin yang lebih tinggi sehingga kulit terlindungi dengan lebih baik terhadap efek merugikan dari sinar UV. Meskipun demikian, bukan berarti orang berkulit gelap tidak akan mengalami efek merugikan dari sinar UV, hanya saja dibutuhkan waktu paparan yang lebih lama untuk menimbulkan efek merugikan tersebut.1,9

UPAYA MELINDUNGI KULIT DARI PAPARAN SINAR UV MATAHARI Meskipun sinar UV matahari dapat membawa dampak yang kurang baik bagi kulit, namun bukan berarti sinar UV matahari harus dihindari. Paparan sinar UV matahari yang cukup tetap diperlukan oleh tubuh terutama untuk menjaga kesehatan tulang dan pembentukan vitamin D. Agar terhindar dari dampak buruk paparan sinar UV matahari pada kulit, maka perlu dilakukan upaya untuk melindungi kulit.

Upaya yang dapat dilakukan agar terhindar dari dampak buruk paparan sinar UV matahari antara lain:1,6,11,12

  1. Hindari beraktivitas di luar ruangan dalam jangka waktu yang lama dan mencari tempat teduh, terutama pada pukul 10.00–14.00. Pada rentang waktu tersebut, sinar UV matahari memiliki indeks yang paling tinggi.

  2. Memakai baju yang dapat melindungi kulit dari paparan sinar UV matahari, seperti baju lengan panjang, celana panjang, serta gunakan kacamata hitam, topi bertepi lebar, atau payung apabila diperlukan.

  3. Gunakan tabir surya atau sunscreen spektrum luas dengan nilai SPF minimal 15 atau lebih. Aplikasikan tabir surya sesuai dengan cara pemberian yang disarankan dan gunakan secara teratur. Apabila akan beraktivitas di luar ruangan dalam jangka waktu yang lama, gunakan tabir surya spektrum luas dan water resistant dengan nilai SPF minimal 30 atau lebih.

  4. Aplikasikan kembali tabir surya minimal setiap dua jam atau sesegera mungkin setelah berenang atau apabila berkeringat secara berlebihan.

  5. Mengonsumsi antioksidan seperti vitamin C, E, dan A untuk membantu melindungi kulit terhadap radiasi sinar UV.

SEDIAAN TABIR SURYA Penggunaan tabir surya saat ini sudah menjadi bagian dari rutinitas perawatan kulit, terutama kulit wajah. Sediaan tabir surya adalah sediaan kosmetika yang diaplikasikan pada permukaan kulit untuk melindunginya dari efek merugikan radiasi sinar UV. Berdasarkan rute administrasinya, tabir surya dibedakan menjadi tabir surya sistemik dan topikal. Tabir surya sistemik tidak untuk digunakan dalam rutinitas sehari-hari, sehingga tabir surya topikal merupakan tabir surya yang umumnya beredar di pasaran. Tabir surya topikal, berdasarkan mekanisme kerjanya, dibagi menjadi dua jenis yaitu tabir surya organik dan inorganik.12,13


Gambar 5. Mekanisme kerja tabir surya (Adaptasi dari Mancebo SE, Hu JY, Wang SQ. 2014)

1. Tabir surya kimia atau organik12,13 Tabir surya kimia atau yang disebut sebagai sunscreen merupakan senyawa aromatik yang bekerja dengan cara menyerap energi dari sinar UV matahari dan mengubahnya menjadi energi panas atau cahaya dengan panjang gelombang yang lebih panjang sehingga dapat mengurangi dampak buruk maupun kedalaman paparan radiasi sinar UV matahari dalam menembus kulit. Tabir surya kimia juga diklasifikasikan lagi menjadi tiga kategori berdasarkan spektrum perlindungan yang diberikan:

UVB Zat aktif yang termasuk tabir surya kimia spektrum UVB meliputi turunan PABA (para-aminobenzoic acid) seperti padimate-O, salicylates seperti octisalate dan homosalate, cinnamates seperti octinoxate dan cinoxate, octocrylate, benzsulidone dan dibenzoylmenthanes.

UVA Zat aktif yang termasuk tabir surya kimia spektrum UVA meliputi benzophenone, oxybenzone dan sulisobenzone, avobenzone dan meradimate, methyl anthranilanate dan ecamsul.

Spektrum luas (mencakup UVB dan UVA) Zat aktif yang termasuk tabir surya kimia spektrum luas meliputi besoctrizole dan silatriazole.

2. Tabir surya fisik atau anorganik12,13

Tabir surya fisik atau yang sering disebut sebagai sunblock merupakan mineral yang bekerja dengan cara menyerap, memantulkan, dan menghamburkan radiasi sinar UV matahari kembali ke lingkungan sehingga membentuk barrier fisik terhadap radiasi sinar UV. Tabir surya fisik dikategorikan sebagai spektrum luas karena perlindungan yang diberikan mencakup seluruh spektrum sinar UVA dan UVB. Zat aktif yang termasuk tabir surya fisik meliputi zinc oxide, titanium dioxide, talc, kaolin dan calamine. Dibandingkan dengan tabir surya kimia, tabir surya fisik memiliki stabilitas yang lebih baik dan potensi yang lebih rendah dalam menimbulkan alergi.

Penggunaan sediaan tabir surya adalah salah satu upaya untuk melindungi kulit dari dampak buruk radiasi sinar UV matahari. Berikut tips singkat dalam memilih dan menggunakan sediaan tabir surya:11,14,17

  • Pilihlah sediaan tabir surya dengan spektrum luas. Dapat dilihat pada label sediaan yang mencantumkan proteksi terhadap sinar UVA dan UVB.

  • Pilihlah bentuk sediaan tabir surya yang disesuaikan dengan jenis kulit dan aktivitas yang dilakukan.

  • Perhatikan nilai SPF sediaan tabir surya. Pilih dengan nilai SPF minimal 15 untuk perlindungan sehari-hari.

  • Gunakan tabir surya dengan nilai SPF 30 atau lebih bila akan beraktivitas di luar ruangan dalam waktu yang lama.

  • Untuk anak-anak dan bayi berusia di atas 6 bulan, gunakan sediaan tabir surya fisik untuk meminimalkan risiko terjadinya iritasi.

  • Ulangi pemakaian tabir surya tiap 2 jam sekali setelah olahraga outdoor atau berenang.

  • Gunakan 15-30 menit sebelum kulit terpapar sinar matahari. Oleskan secara merata dengan ketebalan sekitar 2 mg/cm2.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Minerva P. Penggunaan tabir surya bagi kesehatan kulit. Jurnal Pendidikan dan Keluarga. 2019;11(1):95-101.

  2. Pratama AW, Zulkarnain AK. Uji SPF in vitro dan sifat fisik beberapa produk tabir surya yang beredar di pasaran. Majalah Farmaseutik. 2015;11(1):275-83. doi: 10.22146/farmaseutik.v11i1.24116.

  3. Hoel DG, et al. The risks and benefits of sun exposure 2016. Dermatoendocrinol. 2016;8(1):e1248325. doi: 10.1080/19381980.2016.1248325.

  4. Serpone N. Sunscreens and their usefulness: have we made any progress in the last two decades? Photochem Photobiol Sci. 2021;20(2):189-244. doi: 10.1007/s43630-021-00013-1.

  5. Sander M, et al. The efficacy and safety of sunscreen use for the prevention of skin cancer. CMAJ. 2020.;192(50):e1802-e1808. doi: 10.1503/cmaj.201085.

  6. Jacoeb TNA, et al; PERDOSKI. Pengaruh sinar ultraviolet terhadap kesehatan kajian terhadap berjemur (sun exposures). PERDOSKI; 2020.

  7. Bens G. Sunscreens. Adv Exp Med Biol. 2014;810:429-63. doi: 10.1007/978-1-4939-0437-2_25.

  8. World Health Organization. Radiation: The Ultraviolet (UV) index. 2017. (cited 2022 May 6th) Available from: https://www.who.int/news-room/questions-and-answers/item/radiation-the-ultraviolet-(uv)-index.

  9. D'Orazio J, et al. UV radiation and the skin. Int J Mol Sci. 2013;14(6):12222-12248. doi:10.3390/ijms140612222.

  10. Brenner M, Hearing VJ. The protective role of melanin against UV damage in human skin. Photochem Photobiol. 2008;84(3):539-549. doi:10.1111/j.1751-1097.2007.00226.x.

  11. Food and Drug Administration. Sunscreen: How to help protect your skin from the sun. 2021. (cited 2022 May 11th) Available from: https://www.fda.gov/drugs/understanding-over-counter-medicines/sunscreen-how-help-protect-your-skin-sun.

  12. Mancebo SE, Hu JY, Wang SQ. Sunscreens: a review of health benefits, regulations, and controversies. Dermatol Clin. 2014;32(3):427-38. doi: 10.1016/j.det.2014.03.011.

  13. Geoffrey K, Mwangi AN, Maru SM. Sunscreen products: Rationale for use, formulation development and regulatory considerations. Saudi Pharm J. 2019;27(7):1009-1018. doi:10.1016/j.jsps.2019.08.003.

  14. American Academy of Dermatology. Sunscreen FAQ. 2019. (cited 2022 May 11th) Available from: https://assets.ctfassets.net/1ny4yoiyrqia/4xAHF2HbKPsmHnL0CTZcFS/b5e2a00d2376dc596088f764e8a1f0f0/Sunscreen_FAQ_5-19.pdf.

  15. Sabzevari N, et al. Sunscreens: UV filters to protect us: Part 1: Changing regulations and choices for optimal sun protection. Int J Womens Dermatol. 2021;7(1):28-44. doi:10.1016/j.ijwd.2020.05.017.

  16. Latha MS, Martis J, Shobha V, et al. Sunscreening agents: a review. J Clin Aesthet Dermatol. 2013;6(1):16-26.

  17. BPOM RI. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 30 Tahun 2020 tentang Persyaratan Teknis Penandaan Kosmetika. Jakarta: BPOM RI; 2020.

bottom of page