Pengendalian Hipertensi dengan Modifikasi Gaya Hidup
- nasyiasalma
- 24 Jul
- 6 menit membaca

Pengendalian Hipertensi dengan Modifikasi Gaya Hidup
Ā
Karina Puspaseruni
Dokter Umum, Banjarbaru, Kalimantan Selatan
Korespondensi: Jalan Padat Karya no.19, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan
Abstrak
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang membutuhkan penanganan komprehensif untuk menekan risiko komplikasi serius dalam jangka panjang. Tata laksana nonfarmakologi pada kasus hipertensi mendapatkan atensi global karena dampak positifnya pada kesehatan secara keseluruhan, hampir tidak memiliki efek samping, dan dapat mengurangi beban biaya pengobatan. Modifikasi gaya hidup yang telah terbukti mampu mengurangi morbiditas dan mortalitas kardiovaskular yaitu pembatasan konsumsi garam, manajemen berat badan, aktivitas fisik yang teratur, mengurangi dan/atau berhenti merokok serta mengonsumsi alkohol, intervensi diet, serta manajemen stres. Semakin baik kepatuhan individu terhadap modifikasi gaya hidup maka semakin baik pula hasil yang dapat diharapkan.
Kata kunci: gaya hidup, hipertensi, nonfarmakologi
Abstract
Hypertension is a noncommunicable disease that requires comprehensive treatment in order to reduce further serious complications. Nonpharmacological approach in hypertension management is gaining worldwide attention because of its positive impact on overall health, has almost no side effects, and can help to reduce the burden of treatment costs. Lifestyle modifications that have been proven to reduce cardiovascular morbidity and mortality are restriction of salt intake, weight management, regular physical activity, avoiding tobacco exposure and alcoholism, dietary interventions, as well as stress management. The better the individual's compliance with healthy lifestyle, the better the result that could be expected.
Keywords: hypertension, lifestyle, nonpharmacological
Ā
Pendahuluan
Pada tahun 2025, hipertensi diperkirakan akan terjadi pada sepertiga dari populasi di seluruh dunia.[1] Hipertensi yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko infark miokardium, strok, dan komplikasi serius lainnya.1 Penurunan tekanan darah sistolik sebesar 5 mmHg berhubungan dengan penurunan mortalitas sebesar 14% dari kejadian strok dan 9% dari penyakit jantung, serta 7% dari seluruh penyebab mortalitas.[2] Tata laksana hipertensi terdiri dari tata laksana farmakologi menggunakan obat-obatan antihipertensi serta tata laksana nonfarmakologi dengan modifikasi gaya hidup.[3] Modifikasi gaya hidup direkomendasikan pada seluruh tahap perkembangan penyakit, mulai dari prehipertensi hingga hipertensi. Pada pasien hipertensi derajat 1, modifikasi gaya hidup dapat menjadi pendekatan awal sebelum inisiasi terapi dengan obat antihipertensi, serta sebagai pendekatan tambahan pada pasien yang sudah mendapatkan terapi dengan obat.[4] Konsensus International Society of Hypertension (ISH) juga menyoroti pentingnya intervensi nonfarmakologi dan merekomendasikannya untuk digunakan bersama dengan obat antihipertensi dalam upaya mencapai kontrol tekanan darah yang optimal.[5]
Tata Laksana Nonfarmakologi pada Hipertensi
Pembatasan konsumsi garam, manajemen berat badan, aktivitas fisik yang teratur, menghindari kebiasaan merokok, membatasi konsumsi alkohol, intervensi diet, serta manajemen stres yang baik merupakan jenis-jenis modifikasi gaya hidup yang telah terbukti mengurangi morbiditas dan mortalitas kardiovaskular pada pasien hipertensi.[6,7] Modifikasi gaya hidup yang efektif dapat menunda atau mencegah kebutuhan terapi obat pada pasien hipertensi tingkat 1.[8] Konsistensi pada intervensi gaya hidup juga berdampak pada penurunan tekanan darah, semakin konsisten dilakukan, peluang mencapai target pengendalian tekanan darah pun menjadi lebih besar.[9]
Tabel 1. Estimasi penurunan tekanan darah pada setiap jenis intervensi nonfarmakologi[4,5,8]

Membatasi konsumsi garamTerdapat bukti kuat terkait hubungan antara konsumsi natrium yang tinggi dan peningkatan tekanan darah pada keseluruhan populasi serta pada pasien hipertensi.[6] Individu dewasa disarankan untuk membatasi asupan natrium tidak lebih dari 2.400 mg per hari (setara dengan sekitar 5 gram atau 1 sendok teh garam meja per hari). Makanan yang disiapkan di luar rumah, makanan kaleng, dan makanan kemasan (kering maupun beku) cenderung mengandung lebih banyak natrium daripada makanan yang dimasak di rumah, sehingga direkomendasikan untuk menghindari dan membatasi konsumsinya agar asupan natrium tidak melebihi batas yang disarankan.[2]
Manajemen berat badanIntervensi penurunan berat badan bagi individu dengan berat badan berlebih atau obesitas adalah strategi yang tepat untuk menurunkan tekanan darah.[6] Inflamasi pembuluh darah, stres oksidatif, dan resistansi insulin dapat mempercepat penuaan pada pembuluh darah individu dengan berat badan berlebih atau obesitas. Selain itu, terdapat juga peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik dan sistem renin-angiotensin- aldosterone yang akan meningkatkan reabsorpsi natrium oleh ginjal, gangguan vasodilatasi, ekspansi volume, serta penurunan natriuresis, yang berujung pada peningkatan tekanan darah.[1] Pada populasi di Asia, penjaga berat badan (IMT 18,5-22,9 kg/m2 pada individu <60 tahun) dan lingkar pinggang (<90 cm untuk pria dan <80 cm untuk wanita) direkomendasikan untuk individu nonhipertensi dalam upaya pencegahan hipertensi, serta pada pasien hipertensi untuk menurunkan tekanan darah.[8]
Aktivitas fisik yang teraturLatihan fisik memiliki efek yang baik pada fungsi endotelial dan stres oksidatif serta efek antiinflamasi pada pembuluh darah melalui sumbu hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) axis dan sistem saraf simpatik, sehingga dapat secara langsung memengaruhi tekanan darah.[1] Pasien hipertensi disarankan untuk melakukan setidaknya 30 menit latihan aerobik dinamis intensitas sedang (berjalan, jogging, bersepeda, atau berenang) dalam 5-7 hari setiap minggu. Sebagai tambahan, latihan kekuatan (resistance training) dalam 2-3 hari setiap minggu juga direkomendasikan. Pada orang dewasa sehat, manfaat tambahan bisa didapat dengan peningkatan bertahap dalam aktivitas fisik aerobik menjadi 300 menit seminggu dengan intensitas sedang atau 150 menit seminggu aktivitas fisik aerobik intensitas kuat, atau kombinasi yang setara.[8]
Mengurangi dan/atau menghentikan konsumsi alkoholPembatasan konsumsi alkohol harian ataupun mingguan sangat disarankan bagi individu yang mengonsumsi alkohol.[1,8] Dianjurkan juga untuk memiliki hari-hari bebas alkohol dalam seminggu serta menghindari minum berlebihan/binge drinking.[8] Minum berlebihan didefinisikan sebagai konsumsi 5 porsi minuman bagi pria dan 4 porsi minuman bagi wanita dalam rentang waktu 2 jam.[1] Penting untuk diingat bahwa hipertensi bersama dengan asupan alkohol yang berlebihan merupakan faktor risiko utama terjadinya perdarahan intrakranial, sehingga selain membatasi asupan harian maupun mingguan, minum alkohol berlebihan juga sebaiknya dihindari.[6]
Berhenti merokokMerokok merupakan kebiasaan yang secara signifikan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan berkontribusi signifikan pada tingkat mortalitas yang dapat dicegah.[2,6] Kandungan nikotin dan zat kimia lain dalam rokok diketahui memberikan efek signifikan terkait terjadinya hipertensi pada pria maupun wanita.[7] Sebuah meta-analisis dari 20 studi kohort prospektif menemukan bahwa berhenti merokok setelah kejadian serangan jantung atau tindakan bedah jantung dapat mengurangi risiko kematian lebih dari 33% selama 5 tahun berikutnya. Adanya senyawa nikotin dalam darah akan menyebabkan peningkatan langsung pada aktivitas saraf simpatik, yang kemudian meningkatkan kebutuhan oksigen miokardium melalui peningkatan tekanan darah, detak jantung, dan kontraktilitas miokardium.[2] Aktivasi sistem saraf simpatik dan peningkatan tekanan darah yang berkepanjangan (sekitar 30 menit), adanya tekanan darah yang naik dan turun juga akan meningkatkan variabilitas tekanan darah.[6]
Intervensi pola makanPendekatan pola makan yang paling umum digunakan untuk pengendalian hipertensi adalah metode dietary approach to stop hypertension (DASH).[5] DASH merekomendasikan untuk konsumsi:[1]
Karbohidrat sehat seperti sayuran hijau (brokoli, bayam, kale), biji-bijian utuh (gandum), buah-buahan dengan indeks glikemik rendah, kacang-kacangan (legum),
Lemak sehat seperti minyak zaitun, alpukat, kacang-kacangan, dan ikan yang kaya akan asam lemak omega-3,
Protein sehat seperti protein nabati (kacang-kacangan, protein kedelai, biji- bijian) dan protein hewani, termasuk daging rendah lemak, susu rendah lemak, telur, dan ikan,
Makanan kaya kalium (pisang, jeruk, bayam), kalsium (susu, sayuran berdaun hijau), dan magnesium (biji-bijian utuh, sayuran berdaun, kacang-kacangan, biji- bijian).
Beberapa uji klinik telah menunjukkan bahwa DASH, selain membantu menurunkan tekanan darah, juga membantu menurunkan kolesterol total, dan kolesterol LDL (low density lipoprotein), serta menurunkan risiko kejadian penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2, strok, dan obesitas.[1]
Manajemen stresStres dan kecemasan dikaitkan dengan terjadinya peningkatan risiko hipertensi dan kejadian penyakit kardiovaskular.[6] Beragam faktor seperti globalisasi, perubahan sosial-ekonomi, lingkungan pekerjaan, dan perubahan kultur dapat menjadi pemicu meningkatnya jumlah orang yang mengalami stres psikologi yang kronis. Stres dapat menginduksi respons neuroendokrin setelah dirasakan oleh otak, menyebabkan peradangan dan disfungsi endotel, dan pada akhirnya dapat memodulasi peningkatan tekanan darah.[1] Meditasi, latihan kontrol pernapasan seperti yoga atau tai chi, serta metode akupuntur dapat menjadi pilihan dalam melakukan manajemen stres yang baik untuk menurunkan tekanan darah, meskipun efeknya relatif lebih kecil dibandingkan dengan intervensi gaya hidup lainnya.[1,6] Sebuah studi menunjukkan bahwa senam tera (tera gymnastic) dapat membantu menurunkan tekanan darah dengan merangsang penurunan aktivitas sistem saraf simpatis dan meningkatkan sistem saraf parasimpatis sehingga hormon catecholamines seperti adrenaline dan norepinephrine akan menurun.[7]
Kesimpulan
Tata laksana nonfarmakologi pasien hipertensi terdiri dari beberapa aspek, seperti membatasi asupan garam, manajemen berat badan yang ideal, aktivitas fisik yang rutin, berhenti merokok, membatasi konsumsi alkohol, pengaturan nutrisi yang berkualitas, serta manajemen stres yang baik. Modifikasi gaya hidup memiliki peran penting karna dampak positif yang signifikan dalam menurunkan dan mengendalikan tekanan darah. Selain itu, angka komplikasi penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular juga akan mengalami penurunan. Semakin baik kepatuhan individu terhadap modifikasi gaya hidup maka semakin baik pula hasil yang dapat diharapkan.
Ā
DAFTAR PUSTAKA
Kodela P, Okeke M, Guntuku S, Lingamsetty SSP, Slonovschi EJC. Management of hypertension with non-pharmacological interventions: A narrative review. Cureus. 2023;15(8):e43022.
Verma N, Rastogi S, Chia YC, Siddique S, Turana Y, Cheng Hm, et al. Nonā pharmacological management of hypertension. J Clin Hypertens. 2021;23(7):1275 -83.
Fu J, Liu Y, Zhang L, Zhou L, Li D, Quan H, et al. Nonpharmacologic interventions for reducing blood pressure in adults with prehypertension to established hypertension. J Am Heart Assoc. 2020;9(19):e016804.
Vooradi S, Mateti UV. A systemic review on lifestyle interventions to reduce blood pressure. Journal of Health Research and Reviews. 2016;3(1):1-5.
Indonesian Society of Hypertension. Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2021: Update Konsensus PERHI 2019. 2021.
Mancia G, Brunstrƶm M, Burnier M, Grassi G, Januszewicz A, Muiesan M, et al. 2023 ESH Guidelines for the management of arterial hypertension The Task Force for the management of arterial hypertension of the European Society of Hypertension Endorsed by the European Renal Association (ERA) and the International Society of Hypertension (ISH). Journal of hypertension. 2023;41(12):1874-2071.
Timsina YP, Pandey P, Mondal IH, Dar AH. Non-pharmacological management of hypertension: A systematic review. Food Chemistry Advances 3. 2023;3:100406.
Williams B, Mancia G, Spiering W, Agabiti Rosei E, Azizi M, Burnier M, et al. 2018 ESC/ESH Guidelines for the management of arterial hypertension: The Task Force for the management of arterial hypertension of the European Society of Cardiology (ESC) and the European Society of Hypertension (ESH). European Heart Journal. 2018;39(33):3021 -104.
Ballut OM, Alzahrani AA, Alzahrani RA, Alzahrani AT, Alzahrani RA, Alzahrani MF, et al. The impact of non-pharmacological interventions on blood pressure control in patients with hypertension: A systematic review. Cureus. 2023;15(11).



