top of page

Asam Lemak Esensial Omega-3 Pada Mata Kering; Dapatkah Membantu?


dr. Nina Asrini Noor, SpM

RS Mata dan Klinik JEC


ABSTRAK

Mata kering merupakan suatu kelainan multifaktorial yang ditandai dengan hilangnya homeostasis lapisan air mata yang diikuti oleh gejala-gejala okular. Omega-3 merupakan asam lemak esensial yang memiliki mekanisme antiinflamasi sehingga dapat menjadi pilihan dalam terapi mata kering. Beberapa studi menunjukkan efek positif dari pemberian suplementasi omega-3 pada mata kering pascaoperasi katarak maupun prosedur LASIK, antara lain meringankan gejala mata kering, meningkatkan stabilitas lapisan air mata, serta meningkatkan produksi air mata.


Kata kunci: mata kering, omega-3, disfungsi kelenjar meibom, operasi katarak, LASIK, lensa kontak


PENDAHULUAN

Mata kering atau dry eye merupakan suatu kelainan multifaktorial yang ditandai dengan hilangnya homeostasis lapisan air mata yang diikuti oleh gejala-gejala okular.1,2 Karakteristik utama dari penyakit ini adalah keluhan okular berupa rasa tidak nyaman, gangguan visual seperti penglihatan yang fluktuatif, maupun keduanya. Instabilitas air mata, hiperosmolaritas, dan inflamasi pada permukaan mata berperan utama dalam siklus penyakit mata kering.2


Pengobatan mata kering memerlukan pemahaman yang baik terhadap patofisiologi penyakit ini, yang salah satunya adalah terjadinya inflamasi. Berbagai studi melakukan investigasi untuk mengetahui peran pemberian omega-3 dalam terapi mata kering sebagai suatu antiinflamasi.


Asam lemak esensial diperlukan untuk memelihara kesehatan secara umum, namun jenis asam lemak ini tidak bisa disintesis secara alami oleh tubuh manusia sehingga harus diperoleh melalui diet. Dua jenis asam lemak esensial yang memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan adalah omega-6 dan omega-3. Omega-6 bersifat proinflamasi dan menghasilkan mediator inflamasi seperti prostaglandin E2 dan leukotrien B4. Sebaliknya, eicosapentaenoic acid (EPA) yang termasuk omega-3 bersifat antiinflamasi dengan memblokade sintesis interleukin 1 dan tumor necrosis factor-alpha (TNF-α). Docosahexaenoic acid (DHA) yang juga termasuk omega-3 menstimulasi sintesis prostaglandin antiinflamasi antara lain prostaglandin E3 sehingga dapat membantu meringankan gejala mata kering. Rasio dari kedua jenis asam lemak ini menentukan status inflamasi dalam tubuh manusia secara umum.3,4


Mekanisme yang diduga peran dari omega-3 dalam pengobatan mata kering adalah perubahan komposisi asam lemak pada kelenjar meibom dan sekresinya serta peningkatan produksi air mata.5-8 Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui efek dan manfaat pemberian suplementasi asam lemak esensial omega-3 terhadap mata kering khususnya yang berkaitan dengan operasi katarak, LASIK, dan penggunaan lensa kontak.


PEMBAHASAN

Mata kering pascaoperasi katarak

Mata kering merupakan komplikasi pascaoperasi yang sering dijumpai pada operasi katarak.9,10 Pasien sering mengeluhkan rasa tidak nyaman, perih, mata merah, fotofobia, atau bahkan penglihatan yang menurun (fluktuatif). Inflamasi pascaoperasi memegang peranan

penting terhadap kejadian mata kering pascabedah katarak.5-7


Mengenali gejala dan tanda mata kering pada periode kritis pascaoperasi katarak sangatlah penting. Dengan sifat antiinflamasi yang dimilikinya, suplementasi dengan asam lemak omega-3 dapat dijadikan alternatif terapi untuk mata kering pascaoperasi katarak.


Mohammadpour dkk11 melakukan sebuah studi yang menilai efek pemberian omega-3 pada pasien dengan mata kering pascaoperasi katarak. Dalam studi ini didapatkan perbaikan gejala yang dinilai dengan ocular surface disease index (OSDI) dan perbaikan tear break

up time (TBUT) pada kelompok pasien yang mendapatkan kombinasi omega-3 dan air mata buatan dibandingkan kelompok air mata buatan saja.


Mata kering pascabedah refraktif

Laser in situ keratomileusis (LASIK) merupakan tindakan bedah yang relatif aman dan efektif untuk mengatasi kelainan refraksi. Walaupun demikian, hampir 95% pasien mengalami keluhan mata kering segera setelah LASIK dan bersifat persisten pada 20% sampai 40% pasien pada 6 bulan pascabedah.12-14 Gangguan persarafan kornea akibat transection saat pembuatan flap dan stromal photoablation berkontribusi terhadap gangguan lacrimal functional unit (LFU) yang berperan penting dalam kesehatan permukaan mata.15 Selain itu, mata kering pasca-LASIK juga dapat terjadi akibat penurunan frekuensi berkedip, peningkatan inflamasi akibat perlukaan pada epitel, dan kematian sel goblet akibat peletakan suction ring.14,16,17


Goyal dkk18 melakukan sebuah penelitian yang menilai efek pemberian omega-3 pada pasien yang mejalani bedah refraktif LASIK. Pada penelitian ini didapatkan nilai tes Schirmer yang lebih tinggi pada kelompok yang menerima omega-3 dibandingkan kelompok

kontrol 3 bulan pascabedah. Hal ini diduga berkaitan dengan restorasi LFU yang lebih cepat dengan adanya potensi regenerasi saraf dari

kombinasi DHA omega-3 serta peningkatan kadar nerve growth factor (NGF) di air mata dan stroma kornea pascatindakan LASIK.19-21


Meskipun telah banyak studi klinis dilakukan, peran suplementasi asam lemak esensial omega-3 dalam pengobatan mata kering belum sepenuhnya dipahami. Hingga saat ini, belum terdapat konsensus terhadap protokol pemberian omega-3 dari segi dosis, komposisi, maupun durasi pemberiannya. Selain itu, berbagai studi sebelumnya juga tidak menilai kepatuhan atau compliance subjek melalui analisis kadar asam lemak dalam darah.


KESIMPULAN

Sebagai kesimpulan, suplementasi asam lemak esensial omega-3 diduga memiliki efek positif sebagai terapi ajuvan dalam tatalaksana mata kering, khususnya pada mata kering pascaoperasi katarak, LASIK, serta mata kering pada pengguna lensa kontak.




DAFTAR PUSTAKA

  1. Lemp MA. Report of the National Eye Institute/industry workshop on clinical trials in dry eyes. CLAO J. 1995;21:221-232.

  2. Craig JP, Nichols KK, Akpek EK, Caffery B, Dua HS, et al. TFOS DEWS II Definition and Classification Report. Ocul Surf. 2017;15(3):276-283.

  3. Rosenberg ES, Asbell PA. Essential fatty acids in the treatment of dry eye. Ocul Surf. 2010;8:18 28.

  4. Roncone M, Bartlett H, Eperjesi F. Essential fatty acids for dry eye: a review. Cont Lens Anterior Eye. 2010;33:49–54.

  5. Wojtowicz JC, Butovich I, Uchiyama E, Aronowicz J, Agee S, et al. Pilot, prospective, randomized, double-masked, placebo controlled clinical trial of an omega-3 supplement for dry eye. Cornea. 2011;30:308314.

  6. Kangari H, Eftekhari MH, Sardari S, et al. Short-term consumption of oral omega-3 and dry eye syndrome. Ophthalmology. 2013;120:2191-2196.

  7. Brignole-Baudouin F, Baudouin C, Aragona P, et al. A multicentre, double-masked, randomized, controlled trial assessing the effect of oral supplementation of omega-3 and omega-6 fatty acids on a conjunctival inflammatory marker in dry eye patients. Acta Ophthalmol. 2011;89:e591-e597.

  8. Olenik A, Mahillo-Fernandez I, Alejandre-Alba N, et al. Benefits of omega-3 fatty acid dietary supplementation on health-related quality of life in patients with meibomian gland dysfunction. Clin Ophthalmol. 2014;8:831-836.

  9. Thylefors B, Negrel AD, Pararajasegaram R, Dadzie KY. Global data on blindness. Bull World Health Organ. 1995;73:115-121.

  10. Liu X, Gu YS, Xu YS. Changes of tear film and tear secretion after phacoemulsification in diabetic patients. J Zhejiang Univ Sci B. 2008;9(4):324-328.

  11. Mohammadpour M, Mehrabi S, Hassanpoor N, Mirshahi R. Effects of adjuvant omega-3 fatty acid supplementation on dry eye syndrome following cataract surgery: A randomized clinical trial. J Curr Ophthalmol. 2016;29(1):33-38.

  12. Yu EY, Leung A, Rao S, et al. Effect of Laser in situ keratomileusis on tear stability. Ophthalmology. 2000;107:2131–2135.

  13. Albietz JM, Lenton LM, Mclennan SG. Effect of laser in situ keratomileusis for hyperopia on tear film and ocular surface. J Refract Surg. 2002;18:113–123.

  14. Toda I, Asano-Kato N, Komai-Hori Y, et al. Dry eye after laser-assisted in situ keratomileusis. Am J Ophthalmol. 2001;132:1–7.

  15. Stern ME, Beuerman RW, Fox RI, et al. The pathology of dry eye: the interaction between the ocular surface and lacrimal glands. Cornea. 1998;17:584–589.

  16. Alio JL, Javaloy J. Corneal inflammation following corneal photoablative refractive surgery with excimer laser. Surv Ophthalmol. 2013;58:11–25.

  17. Rodriguez-Prats JL, Hamdi IM, Rodriguez AE, et al. Effect of suction ring application during LASIK on goblet cell density. J Refract Surg. 2007;23:559–562.

  18. Goyal P, Jain AK, Malhotra C. Oral omega-3 fatty acid supplementation for laser in situ keratomileusis-associated dry eye. Cornea. 2017;36(2):169-175.

  19. Lambiase A, Manni L, Bonini S, et al. Nerve growth factor promotes corneal healing: structural, biochemical and molecular analysis of rat and human corneas. Invest Ophthalmol Vis Sci. 2000;41:1063–1069.

  20. Esquinazi S, Bazan HE, Bui V, et al. Topical combination of NGF and DHA increases rabbit corneal nerve regeneration after photorefractive keratectomy. Invest Ophthalmol Vis Sci. 2005;46:3121–3127.

  21. Lee HK, Lee KS, Kim HC, et al. Nerve growth factor concentration and implications in photorefractive keratectomy vs laser in situ keratomileusis. Am J Ophthalmol. 2005;139:965–971.


Sumber: Medicinus April 2019 vol. 32 issue 1

26 tampilan
bottom of page